Melihat kondisi di dalam Kota Jakarta yang kian sesak, banyak pembangunan yang mulai bergeser ke wilayah-wilayah penopang (sub urban). Salah satu yang paling menjadi favorit baik pengembang maupun masyarakat (konsumen) adalah wilayah Serpong, Tangerang Selatan.
Direktur Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, Serpong menjadi primadona untuk hunian masyarakat di pinggiran kota, karena faktor infrastruktur yang memadai, akses yang cukup mudah dijangkau, serta luasnya wilayah yang masih berperluang untuk dikembangkan.
"Diapit dengan lima jalur jalan tol, membuat Tangerang dan Serpong tetap jadi primadona, meski sudah 50 persen over value. Dalam dua tahun ini perkembangannya masih tumbuh sekitar 30 persen," kata Ali dalam seminar properti di BSD City Marketing Office, Tangerang Selatan, Senin (16/7/2012).
Seperti kita ketahui, lanjutnya, Serpong merupakan wilayah pendukung Jakarta yang kian dilirik. Dengan harga yang relatif lebih murah dan kawasan lebih luas sebagian besar orang menjadikan pilihan.
"Tentunya yang semakin membuatnya menarik adalah akses jalan yang strategis, di samping itu dengan image baik yang masih dimiliki," ujarnya.
"Apalagi setelah terjadinya banjir di Pondok Indah beberapa tahun lalu, masyarakat kalangan menengah menjadikan Serpong dan Tangerang sebagai pilihan untuk tempat tinggal yang dinilai lebih aman dan nyaman," tambah Ali.
Maka tidak heran jika dikatakan harga tanah di wilayah Serpong, Tangerang Selatan, sebagai yang paling mahal untuk kategori wilayah sub urban. Seperti yang dinyatakan Senior Associate Director Office Services Colliers International Sutrisno R Soetarmo, "Di Serpong tanahnya bisa mencapai Rp10 juta per meter saat ini. Banyak pengembang besar masuk dan mengambangkan proyek di sana, sehingga propertinya menjadi booming," kata Sutrsino.
sumber:okezone.com
No comments:
Post a Comment